Sabtu, 31 Januari 2009

APAKAH DEMONSTRASI TERMASUK JALAN DAKWAH ?

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz


Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah demonstrasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita untuk menentang pemimpin bisa dianggap sebagai suatu jalan dakwah ? Dan apakah orang yang mati karenanya bisa dianggap syahid fii sabilillah ?


Jawaban
Demonstrasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita bukanlahlah jalan keluar. Bahkan saya beranggapan bahwa hal tersebut termasuk dari sebab-sebab musibah, kejelekan, kebencian manusia dan terjadinya permusuhan antar manusia yang tidak sesuai dengan kebenaran. Adapun cara-cara yang disyariatkan yakni : menulis surat, memberikan nasehat serta berdakwah kepada kebaikan dengan jalan yang telah ditetapkan syariat yang tentunya telah dijelaskan caranya oleh ahlul ilmi, para sahabat Rasullullah dan orang-orang yang mengikuti beliau dalam kebaikan yakni dengan menulis surat dan berhadapan langsung dengan pemimpin untuk memberikan nasehat tanpa menyebarkan perbuatan yang mereka lakukan di atas mimbar sehingga menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan, hanyalah Allah yang menjadi penolong.

Dan Syaikh bin Baz berkata sebagai bantahan terhadap Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq.

Keenam : Anda (Abdurrahman Abdul Khaliq) menyebutkan di kitab Anda Fushul min Asy-Syar'iyah halaman 31 dan 32 : Sesungguhnya diantara metode dakwah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah demonstrasi. Saya tidak mendapatkan nash yang menunjukkan hal tersebut, olehnya itu saya mengharapkan penjelasan dari siapa datangnya pernyataan tersebut dan dari kitab mana Anda mendapatkan ?

Jika perkataan tersebut tidak memiliki sandaran, maka wajib untuk rujuk dari pendapat tersebut karena saya tidak mengetahui ada nash yang menunjukkan hal tersebut dan telah diketahui juga bahwasanya demonstrasi menimbulkan banyak sekali kerusakan. Jika puna da nashnya maka sudah semestinya untuk dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sehingga orang-orang tidak lagi membenarkan demonstrasi batil yang mereka perbuat.

Hanyalah kepada Allah kita meminta agar diberikan taufiq dengan ilmu yang bermanfaat serta amal yang benar dan semoga Allah meluruskan hati-hati kita dan amalan kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang diberi petunjuk karena sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Mahamulia.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

[Majmu Fatawa Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz 8/245]

DARI ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ KEPADA YANG TERHORMAT ABDURRAHMAN BIN ABDUL KHALIQ

Semoga Allah memberikan taufiq dengan keridhaanNya sehingga dengannya agamaNya akan bangkit, amin

Salamun alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Saya telah terima surat Anda dan saya senang sekali terhadap isinya yang sesuai dengan apa yang saya nasehatkan kepada Anda, saya memohon semoga Allah menambahkan taufiqNya terhadap Anda dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang diberikan petunjuk karena sesungguhnya Allah itu Maha Pemurah lagi Mahamulia.

Semua yang Anda sebutkan seputar demonstrasi bisa saya pahami dan juga saya tahu kelemahan sanad riwayatnya seperti yang Anda sebutkan, yaitu pada Ishak bin Abi Farwah karena sesungguhnya ia tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, walaupun riwayat tersebut benar akan tetapi itu terjadi di permulaan Islam yaitu sebelum sempurna agama Islam.

Tidak disangsikan lagi bahwa sebagai sandaran perintah, larangan (amru dan nahyi) dan seluruh permasalahan dalam agama yaitu setelah hijrah. Adapun seperti shalat Jum'at, hari-hari raya, shalat khusuf, shalat istisqa atau yang semisalnya merupakan keadaan-keadaan yang mengharuskan terjadinya perkumpulan- perkumpulan, semua itu dalam rangka menyiarkan agama Islam dan tidak ada hubungannya dengan demosntrasi.

Semoga Allah menambahkan bagi kita ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya, meluruskan hati serta amalan kita dan selalu menjaga kita semua pada khususnya dan seluruh kaum muslimin pada umumnya dari cobaan yang menyesatkan dan dari gangguan setan, karena sesungguhnya Allah sebaik-baik tempat meminta.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

[Majmu Fatawa Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz 8/245]

[Disalin dari kitab Fatawa Al-Aimmah Fil An-Nawazil Al-Mudlahimmah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Seputar Terorisme, Penyusun Muhammad bin Husain bin Said Ali Sufran Al-Qathani, Terbitan Pustaka At-Tazkia]
Dipublikasikan kembali oleh : budhyanto.blogspot.com

Modal kemenangan di Palestina

Syaikh ‘Abdullah Al ‘Ubailan ditanya:

Apa tanggapan Anda terhadap peperangan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, lalu apa fatwa dan penjelasan mengenai hal ini?


Syaikh hafizhohullah menjawab:


Bismillahir rahmanir rohim


Segala puji hanyalah milik Allah, kami memuji-Nya, kami meminta pertolongan pada-Nya, kami memohon ampunan dari-Nya dan kami pun bertaubat kepada-Nya. Kami meminta perlindungan kepada Allah dari kejelekan diri kami dan kejelekan amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada seorang pun yang bisa memberi petunjuk padanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Amma ba’du, sesungguhnya perkataan yang paling jujur adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama). Setiap perkara yang diada-adakan dalam agama itulah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.


Sebelum menjelaskan perkataan ulama mengenai hal ini, saya terlebih dahulu menyebutkan perkataan para ulama Ahlus Sunnah di zaman ini. Di antara ulama-ulama tersebut adalah: Yang mulia Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz, pakar hadits abad ini Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, pakar fikih abad ini Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin, peneliti handal Syaikh Sholeh bin Fauzan Al Fauzan, yang mulia Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah Alusy Syaikh, dan di antaranya lagi adalah Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi, juga ulama-ulama lainnya yang mengikuti jalan hidup mereka dengan meniti syariat ini. Para ulama inilah yang senantiasa menolong kaum muslimin saat ini bahkan di setiap masa. Setelah itu, aku katakan –dengan taufik Allah-:

Perlu diketahui bahwa Al Qur’an telah memberi petunjuk kepada kita untuk menyelesaikan tiga problema, di mana dengan penjelasan Al Qur’an akan menyelematkan berbagai negeri Islam.


Problema Pertama:


Kelemahan kaum muslimin di setiap penjuru dunia dari sisi jumlah dibanding orang kafir. Sungguh, Al Qur’an telah memberi petunjuk pada kita untuk menyelesaikan problema ini dengan solusi yang paling bagus dan adil. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa untuk menyembuhkan penyakit lemahnya kaum muslimin dari orang kafir adalah dengan penuh kesungguhan menghadap Allah, dengan menguatkan keimanan, dan bertawakkal pada-Nya karena Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, dan Yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Siapa saja yang beriman dengan sebenar-benarnya, maka tidaklah mungkin orang-orang kafir mengalahkannya walaupun mereka (orang kafir) menang dalam hal kekuatan dari kaum muslimin.


Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah:


Di perang Ahzab, orang-orang kafir memerangi kaum muslimin dan pada saat itu kaum muslimin sudah dalam keadaan terkepung dengan pasukan orang kafir yang sangat besar, sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا (11)


“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan( mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam sangkaan. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (QS. Al Ahzab: 10-11)


Lihatlah kondisi perang ketika itu. Kaum muslimin sudah dikepung oleh pasukan orang kafir yang sangat banyak dan begitu kuat. Seluruh manusia saat ini pasti sudah kehilangan strategi. Jadi yang patut engkau tahu bahwa solusi ketika menghadapi problema yang sulit semacam ini telah Allah Ta’ala jelaskan dalam surat Al Ahzab pada firman-Nya,



وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

“Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.’ Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS. Al Ahzab: 22)


Jadi, dengan keimanan yang sempurna dan ketundukan yang sebenar-benarnya kepada Allah Ta’ala, juga kuat dalam tawakkal, itulah sebab untuk menyelesaikan problema yang sulit ini.


Allah sendiri telah menegaskan mengenai hasil dari penyembuhan seperti ini (yaitu karena adanya keimanan yang kokoh, pen) dalam firman-Nya,


وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا (25) وَأَنْزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا (26) وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (27)


“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mu’min dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab: 25-27)


Begitulah pertolongan Allah terhadap musuh-musuh kaum muslimin. Mereka tidak menyangka bahwa yang menolong mereka adalah (para tentara dari) malaikat dan juga ditolong melalui angin (topan). Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ahzab: 9)


Begitu pula Allah Ta’ala mengetahui keikhlasan yang sempurna dari orang-orang yang melakukan Bai’atur Ridwan, sebagaimana dalam firman-Nya,

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon , maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka.” (QS. Al Fath: 18).


Yang dimaksudkan dengan ‘apa yang dalam hati mereka’ adalah keimanan dan keikhlasan. Karena keimanan dan keikhlasan inilah menghasilkan buah sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,

وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا

“Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenang an) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Fath: 21).


Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menegaskan bahwa kaum muslimin belum dapat menaklukan negeri-negeri lainnya, namun Allah-lah yang menetapkan sehingga mereka pun mampu menguasai negeri-negeri tersebut. Itulah buah dari kuatnya iman dan ikhlas.

Ayat tadi menjelaskan bahwa ikhlas yang murni kepada Allah dan kuatnya keimanan adalah sebab kaum yang lemah bisa mengalahkan kaum yang jauh lebih kuat. Itulah yang difirmankan oleh Allah Ta’ala,

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)


Problema Kedua:


Mengapa orang kafir bisa mengalahkan orang-orang beriman dengan membunuh, melukai dan bentuk kerugian lainnya, padahal kaum muslimin berada di atas agama yang benar sedangkan mereka orang kafir berada dalam kebatilan?

Problema seperti ini juga pernah dialami oleh sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala sendiri menjelaskan problema ini melalui wahyu dari langit yang senantiasa dibaca dalam Kitabullah (Al Qur’an).


Kejadian yang dialami sahabat adalah ketika berada di perang Uhud. Pada saat itu, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbunuh, begitu pula anak dari pamannya. Ketika itu pula beberapa kaum muhajirin terbunuh dan 70 kaum Anshor pun terbunuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun terluka, bibirnya sobek dan giginya (yaitu gigi yang terletak antara gigi seri dan gigi taring) patah, dan dahinya pun terluka.

Para sahabat ketika itu merasa heran dengan kejadian ketika itu.


Mereka berujar, “Bagaimana mungkin kaum musyrikin sekarang bisa mengalahkan kita, padahal kita berada di atas kebenaran sedangkan mereka berada dalam kebatilan?” Kemudian Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya,

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: ‘Dari mana datangnya (kekalahan) ini?’ Katakanlah: Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. Ali Imran: 165)


Lihatlah bahwa Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Katakanlah: Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. Ali Imran: 165)

Ayat di atas masih global dan kesalahan mereka ini dijelaskan lagi dalam firman Allah Ta’ala,

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآَخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ

“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu.” (QS. Ali Imran: 152)


Inilah keterangan langsung dari langit, penjelasan yang sangat jelas bahwa sebab kemenangan orang kafir terhadap kaum muslimin adalah karena kelemahan kaum muslimin sendiri, perselisihan mereka dalam suatu urusan dan kedurhakaan mereka terhadap perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan di antara mereka ada yang lebih mementingkan dunia daripada perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sudah tidak samar lagi bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.


Problema Ketiga:


Permasalahan selanjutnya adalah adanya perbedaan hati. Inilah sebab terbesar yang membuat umat Islam semakin rendah. Mereka semakin lemah di hadapan musuh-musuh mereka. Kekuatan mereka pun sirna, begitu pula dengan kekuasaan mereka pun hilang. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala,


وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” (QS. Al Anfal: 46)


Jika engkau melihat umat Islam saat ini di berbagai penjuru dunia, mereka menyembunyikan permusuhan dan kebencian satu dan lainnya, namun senyatanya keramahan yang ada pada mereka hanyalah pura-pura saja. Mereka mungkin terlihat saling ramah, namun dalam hati mereka sebenarnya terdapat perselisihan.


Allah Ta’ala telah menerangkan hal ini dalam Surat Al Hasyr bahwa sebab penyakit perpecahan di tengah-tengah umat ini terjadi karena kurangnya akal. Allah Ta’ala berfirman,

تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى

“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.” Kemudian setelah itu, Allah menyebutkan sebab kenapa hati mereka bisa terpecah (berselisih) yaitu dalam firman-Nya,

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ

“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al Hasyr: 14)


Telah kita ketahui bersama bahwa penyakit lemahnya akal yang menimpa kaum muslimin, membuat mereka menjadi lemah dalam memahami hakikat, juga sulit membedakan antara yang benar dan yang bathil, yang manfaat dan yang membahayakan, serta membedakan antara yang baik dan yang jelek. Tidak ada obat untuk penyakit ini selain cahaya wahyu. Cahaya wahyu inilah yang nanti akan menghidupkan hati-hati yang mati dan menerangi jalan jika berpegang dengannya. Akhirnya dengan cahaya wahyu seseorang akan terbuka matanya, sehingga dia dapat melihat yang benar itu nampak benar, yang keliru itu nampak keliru, yang bermanfaat itu nampak bermanfaat, yang bahaya itu akan nampak berbahaya.


Allah Ta’ala berfirman,

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?” (QS. Al An’am: 122)


Allah Ta’ala juga berfirman,

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (QS. Al Baqarah: 257)

Barangsiapa keluar dari kegelapan menuju cahaya, maka dia akan melihat kebenaran. Karena cahaya inilah yang akan membuat seseorang melihat kenyataan sehingga dia dapat mengetahui yang benar itu benar dan yang bathil itu bathil.


Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمْ مَنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al Mulk: 22)

وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ (19) وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ (20) وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ (21) وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas, dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.” (QS. Fathir: 19-22)

مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالْأَعْمَى وَالْأَصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا

“Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.” (QS. Hud: 24)

Masih banyak ayat lainnya yang menunjukkan bahwa dengan iman, seseorang bisa memperoleh kehidupan sebagai ganti dari kematian dan bisa memperoleh cahaya sebagai ganti dari kegelapan. (Lihat Adhwaul Bayan, 3/54)


Selanjutnya komentar dan penjelasan mengenai permusuhan Yahudi dan kaum muslimin di Palestina, kami sampaikan dalam beberapa point berikut ini:


Pertama: marilah seluruh kaum muslimin kembali kepada agama mereka, menyerahkan setiap urusan kepada Allah, menghilangkan perselisihan dan mendo’akan mereka kaum muslimin, juga menolong mereka sesuai dengan kemampuan dengan harta dan obat-obatan. Inilah ajakan yang lebih tepat yang ada dalam Al Qur’an dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sebab-sebab tadi disebabkan oleh maksiat.


Kedua: ajakan yang serampangan yang diarahkan pada kepentingan- kepentingan Yahudi di dunia ini tidak ragu lagi adalah ajakan yang tidak bertanggung jawab yang muncul dari orang-orang yang tidak memiliki hikmah dan tidak tahu aturan. Bahkan terkadang perbuatan semacam ini berakibat buruk kepada kaum muslimin khususnya di Saudi Arabia. Akhirnya berbaliklah tuduhan yang tidak menyenangkan dari negara adikuasa dengan tuduhan teroris yang negeri Saudi sendiri telah terselamatkan dari tuduhan semacam ini selama beberapa tahun yang silam. Seruan-seruan tadi tidaklah jauh dari seruan-seruan yang ingin memecah belah Ahlus Sunnah dan menginginkan Ahlus Sunnah seperti saat ini. Seruan taktik semacam ini sebenarnya karena tidak paham dengan tujuan-tujuan syari’at dan kaedah syariat yang umum.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Orang yang pemberani bukanlah dengan kuatnya badan. Boleh jadi seseorang kuat badannya, namun hatinya lemah. Orang yang pemberani adalah yang kuat dan kokoh hatinya. Kekuatan dalam peperangan adalah dengan kuatnya badan dan kemampuan untuk berperang, juga kuatnya, disertai pula dengan pengalaman. Yang terpuji di antara orang yang kuat hatinya dan yang kuat badannya tadi adalah orang yang berada di atas ilmu, bukan orang yang sering serampangan yang tidak mau berpikir manakah perkara yang terpuji dan tercela. Oleh karena itu, orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah. Orang seperti ini akan melakukan perkara yang baik baginya bukan yang membahayakannya. Orang yang tidak mampu menahan amarahnya bukanlah orang yang pemberani dan bukanlah orang yang kuat.” (Al Istiqomah, 2/271)


Ketiga: ajakan yang diserukan kepada pemerintah Saudi untuk mengeluarkan Yahudi dari Palestina adalah ajakan yang terburu-buru dan jauh dari memahami kenyataan kaum muslimin dalam agama maupun strategi, juga karena tidak mengetahui kedudukan orang yang dihadapi yang begitu kuat.


Akhirnya, saya mengajak kepada saudaraku para da’i dan juga para penuntut ilmu, marilah kita tertarik untuk mengkaji Al Kitab dan As Sunnah serta melihat jalan hidup salafush sholeh. Dan ketahuilah bahwa di alam ini, Allah memiliki ketetapan (sunnah) yang tidak mungkin berubah dan tergantikan sebagaimana yang terjadi pada ketetapan kauniyah (sunnah kauniyah),


لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’du: 11).


Hendaklah kita mengambil pelajaran dari kajian-kajian yang telah lewat, lalu pahamilah.

Perlu diketahui pula bahwa syari’at ini datang untuk mendatangkan berbagai macam maslahat dan menolak berbagai macam bahaya atau menguranginya sesuai dengan kemampuan. Saya akan menjelaskan pula pada kalian mengenai kaedah syariat ini, bagaimana jika ada maslahat yang bertentangan, atau ada mafsadat yang saling bertentangan atau bagaimana jika ada maslahat dan mafsadat saling bertentangan.

Ketahuilah bahwa kebaikan dan keburukan itu bertingkat-tingkat. Orang yang berakal pasti akan menolak kejelekan yang lebih besar dengan kejelekan yang lebih sedikit dan akan merasa puas jika mendapatkan kebaikan yang sedikit dan tidak mendapatkan kebaikan yang banyak. Kalau tidak memperhatikan hal ini pasti kita akan menderita peperangan yang lebih besar.


Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin, menyatukan hati-hati mereka di atas petunjuk, tauhid dan sunnah. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari tipu daya dan kejelekan orang kafir dan munafik sebagai musuh-musuh mereka. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya.

***

Itulah fatwa dari Syaikh Abdullah Al Ubailan.


Inti dari penjelasan beliau adalah:

Kaum muslimin –termasuk yang berada di Palestina- bisa menang dalam peperangan, jika mereka memiliki keimanan yang kokoh. Sebab lemahnya kaum muslimin saat ini adalah karena imannya yang lemah dan lebih senang berbuat maksiat dan mendurhakai Allah. Lihatlah di Perang Uhud, karena kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya, kaum muslimin menjadi kalah.


Seorang alim mengatakan:
“Siapakah yang mengatakan bahwa batu bisa menghancurkan tank-tank? Siapa yang mengatakan bahwa ketapel bisa mengalahkan rudal, sedangkan Engkau dan musuhmu sama-sama berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala?”


Alim tersebut menceritakan bahwa ada seseorang mengunjungi para korban perang yang terluka. Orang tadi mengataka bahwa dari 32 orang yang dia temui, 30 orang di antara mereka tidak shalat. Orang yang terluka tersebut mengatakan: Siapa saja yang ikut revolusi maka dia pasti syahid. Biarpun orang tersebut berbuat syirik, berzina dan sering mabuk-mabukan, asalkan dia ikut revolusi, pasti dia mati syahid.


Palestina tidak akan menang hanya dengan angan-angan. Palestina tidak akan bebas hanya dengan slogan-slogan. Modal utama untuk meraih kemenangan tersebut adalah dengan iman dan bukan dengan bermaksiat pada Allah.


Marilah saat ini kita benahi keimanan, memperbaiki aqidah kita dan marilah kita bersatu di atas aqidah yang benar sehingga hati dan badan kita pun benar-benar bersatu.

Semoga dengan petunjuk Allah, kita dapat dikembalikan kepada agama kita dengan baik dan semoga berbagai kehinaan diangkat dari kita. Semoga Allah menolong kaum muslimin di berbagai negeri atas musuh-musuhnya.


Alhamdulillahilladz i bi ni’matihi tatimmush sholihat.

Pangukan, Sleman, 11 Muharram 1430 H
Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.

***

Oleh: Syaikh Abdullah Al ‘Ubailan hafizhohullah
Diterjemahkan oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.
Sumber: http://www.islamanc ient.com/ fatawa
Artikel www.muslim.or. id
Dipublikasikan kembali oleh : budhyanto.blogspot.com

Sejarah Permusuhan Bangsa Yahudi Terhadap Islam

Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini.


Padahal pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengkataan perbatasan. Musuh-musuh islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana) hidup berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah dan mendirikan sebuah Negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi Negara zionis. Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama semenjak berdirinya Negara islam diMadinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta yaitu Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam

Demikianlah permusuhan dan usaha mereka merusak Islam sejak berdirinya Negara islam bahkan sejak Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hijrah ke Madinah sampai saat ini dan akan berlanjut terus. Walaupun tidak tertutup kemungkinan mereka punya usaha dan upaya memberantas islam sejak kelahiran beliau n . hal ini dapat dilihat dalam pernyataan pendeta Buhairoh terhadap Abu Thalib dalam perjalanan dagang bersama beliau diwaktu kecil. Allah Ta’ala telah jelas-jelas menerangkan permusuhan Yahudi dalam firmanNya:

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. (Qs. 5:82)

Melihat demikian panjangnya sejarah dan banyaknya bentuk permusuhan Yahudi terhadap Islam dan Negara Islam, maka kami ringkas dalam 3 marhalah;

Marhalah pertama:
Upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masa awal perkembangan dakwah islam dan cara mereka dalam hal ini.

Diantara upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masa-masa awal perkembangannya adalah:

1. Pemboikotan (embargo) Ekonomi: Kaum muslimin ketika awal perkembangan islam di Madinah sangat lemah perekonomiannya. Kaum muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta mereka dan kaum Anshor yang menolong mereka pun bukanlah pemegang perekonomian Madinah. Oleh karena itu Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama mereka dan melakukan embargo ekonomi. Para pemimpin Yahudi enggan membantu perekonomian kaum muslimin dan ini terjadi ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus Abu Bakar menemui para pemimpin Yahudi untuk meminjam dari mereka harta yang digunakan untuk membantu urusan beliau dan berwasiat untuk tidak berkata kasar dan tidak menyakiti mereka bila mereka tidak memberinya. Ketika Abu Bakar masuk Bait Al Midras (tempat ibadah mereka) mendapati mereka sedang berkumpul dipimpin oleh Fanhaash –tokoh besar bani Qainuqa’- yang merupakan salah satu ulama besar mereka didampingi seorang pendeta yahudi bernama Asy-ya’. Setelah Abu Bakar menyampaikan apa yang dibawanya dan memberikan surat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam kepadanya. Maka ia membaca sampai habis dan berkata: Robb kalian butuh kami bantu! Tidak hanya sampai disini saja, bahkan merekapun enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang, jual beli dan amanah kepada kaum muslimin. Berdalih bahwa hutang, jual beli dan amanah tersebut adanya sebelum islam dan masuknya mereka dalam islam menghapus itu semua. Oleh karena itu Allah berfirman:Di antara Ahli Kitab ada orang yang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaranmereka mengatakan:”Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Qs. 3:75)

2. Membangkitkan fitnah dan kebencian: Yahudi dalam upaya menghalangi dakwah islam menggunakan upaya menciptakan fitnah dan kebencian antar sesama kaum muslimin yang pernah ada di hati penduduk Madinah dari Aus dan Khodzraj pada masa jahiliyah. Sebagian orang yang baru masuk islam menerima ajakan Yahudi, namun dapat dipadamkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam . diantaranya adalah kisah yang dibawakan Ibnu Hisyam dalam Siroh Ibnu Hisyam (2/588) ringkas kisahnya: Seorang Yahudi bernama Syaas bin Qais mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis bareng dengan kaum Anshor, kemudian mengingatkan mereka tentang kejadian perang Bu’ats hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar membawa senjata-senjata masing-masing. Lalu hal ini sampai pada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. maka beliau shallallahu ’alaihi wa sallam segera berangkat bersama para sahabat muhajirin menemui mereka dan bersabda:يَا مَعْشَر المُسْلِمِيْنَ اللهَ اللهَ أَبِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَ أَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ بَعْدَ أَنْ هَدَاكُمُ اللهُ لِلإِسْلاَمِ وَ أَكْرَمَكُمْ بِهِ وَ قَطَعَ بِهِ أَمْرَ الْجَاهِلِيَّةِ وَاسْتَنْقَذَكُمْ بِهِ مِنَ الْكُفْرِ وَ أَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ “Wahai kaum muslimin alangkah keterlaluannya kalian, apakah (kalian mengangkat) dakwah jahiliyah padahal aku ada diantara kalian setelah Allah tunjuki kalian kepada Islam dan muliakan kalian, memutus perkara Jahiliyah dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam serta menyatukan hati-hati kalian.” Lalu mereka sadar ini adalah godaan syetan dan tipu daya musuh mereka, sehingga mereka mengangis dan saling rangkul antara Aus dan Khodzroj. Lalu mereka pergi bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dengan patuh dan taat yang penuh. Lalu Allah turunkan firmanNya: Katakanlah: ”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan.” Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (Qs. 3:99)

3. Menyebarkan keraguan pada diri kaum muslimin: Orang Yahudi berusaha memasukkan keraguan di hati kaum muslimin yang masih lemah imannya dengan melontarkan syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan kepercayaan mereka terhadap islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya: Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu’min) kembali (kepada kekafiran). (Qs. 3:72). Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan pernyataan: Ini adalah tipu daya yang mereka inginkan untuk merancukan perkara agama islam kepada orang-orang yang lemah imannya. Mereka sepakat menampakkan keimanan di pagi hari (permulaan siang) dan sholat subuh bersama kaum muslimin. Lalu ketika diakhir siang hari (sore hari) mereka murtad dari agama Islam agar orang-orang bodoh menyatakan bahwa mereka keluat tidak lain karena adanya kekurangan dan aib dalam agama kaum muslimin.

4. Memata-matai kaum Muslimin: Ibnu Hisyam menjelaskan adanya sejumlah orang Yahudi yang memeluk Islam untuk memata-matai kaum muslimin dan menukilkan berita Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan yang ingin beliau lakukan kepada orang Yahudi dan kaum musyrikin, diantaranya: Sa’ad bin Hanief, Zaid bin Al Lishthi, Nu’maan bin Aufa bin Amru dan Utsmaan bin Aufa serta Rafi’ bin Huraimila’. Untuk menghancurkan tipu daya ini Allah berfirman:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata:”Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka):”Marilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Qs. 3:118-119)

5. Usaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam: Orang Yahudi tidak pernah henti berusaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, diantaranya adalah kisah yang disampaikan Ibnu Ishaaq bahwa beliau berkata: Ka’ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shurie dan Syaas bin Qais saling berembuk dan menghasilkan keputusan berangkat menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam untuk memfitnah agama beliau. Lalu mereka menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Muhammad engkau telah tahu kami adalah ulama dan tokoh terhormat serta pemimpin besar Yahudi, Apabila kami mengikutimu maka seluruh Yahudi akan ikut dan tidak akan menyelisihi kami. Sungguh antara kami dan sebagian kaum kami terjadi persengketaan. Apakah boleh kami berhukum kepadamu lalu engkau adili dengan memenangkan kami atas mereka? Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam enggan menerimanya. Lalu turunlah firman Allah: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Qs. 5:49)

Semua usaha mereka ini gagal total dihadapan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan Allah membalas makar mereka ini dengan menimpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan.

Marhalah kedua:
Masa perang senjata antara Yahudi dan Muslimin di zaman Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

Orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada kaum muslimin semata bahkan merekapun menampakkan diri bergabung dengan kaum musyrikin dengan menyatakan permusuhan yang terang-terangan terhadap islam dan kaum muslimin. Namun Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tetap menunggu sampai mereka melanggar dan membatalkan perjanjian yang pernah dibuat diMadinah. Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut barulah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan tindakan militer untuk menghadapi mereka dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Diantara keputusan penting tersebut adalah:

1. Pengusiran Bani Qainuqa’
2. Pengusiran bani Al Nadhir
3. Perang Bani Quraidzoh
4. Penaklukan kota Khaibar

Setelah terjadinya hal tersebut maka orang Yahudi terusir dari jazirah Arab.

Marhalah ketiga:
Tipu daya dan makar mereka terhadap islam setelah wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

Orang Yahudi memandang tidak mungkin melawan Islam dan kaum muslimin selama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam masih hidup. Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam wafat, orang Yahudi melihat adanya kesempatan untuk membuat makar kembali terhadap Islam dan muslimin. Mereka mulai merencanakan dan menjalankan tipu daya mereka untuk memalingkan kaum muslimin dari agamanya. Namun tentunya mereka lakukan dengan lebih baik dan teliti dibanding sebelumnya. Sebagian target mereka telah terwujud dengan beberapa sebab diantaranya:

1. Kaum muslimin kehilangan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
2. Orang Yahudi dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari usaha-usaha mereka terdahulu sehingga dapat menambah hebat makar dan tipu daya mereka.
3. Masuknya sebagian orang Yahudi ke dalam Islam dengan tujuan memata-matai kaum muslimin dan merusak mereka dari dalam tubuh kaum muslimin.

Memang berbicara tentang tipu daya dan makar Yahudi kepada kaum Muslimin sejak wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hingga kini membutuhkan pembahasan yang panjang sekali. Namun rasanya cukup memberikan 3 contoh kejadian besar dalam sejarah Islam untuk mengungkapkan permasalahan ini. Yaitu:

1. Fitnah pembunuhan khalifah UtsmanIni adalah awal keberhasilan Yahudi dalam menyusup dan merusak Islam dan kaum muslimin. Tokoh yahudi yang bertanggung jawab terjadinya peristiwa ini adalah Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu Sauda’. Kisahnya cukup masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab sejarah Islam.

2. Fitnah Maimun Al Qadaah dan perkembangan sekte Bathiniyah. Keberhasilan Abdullah bin Saba’ membuat fitnah di kalangan kaum Muslimin dan mengajarkan saba’isme membuat orang Yahudi semakin berani. Sehingga belum habis fitnah Sabaiyah mereka sudah memunculkan tipu daya baru yang dipimpin seorang Yahudi bernama Maimun bin Dieshaan Al Qadaah dengan membuat sekte Batiniyah di Kufah tahun 276 H. Imam Al Baghdadi menceritakan: Diatara orang yang membangun sekte Bathiniyah adalah Maimun bin Dieshaan yang dikenal dengan Al Qadaah seorang maula bagi Ja’far bin Muhammad Al Shodiq yang berasal dari daerah Al Ahwaaz dan Muhammad bin Al Husein yang dikenal dengan Dandaan. Mereka berkumpul bersama Maimun Al Qadah di penjara Iraaq lalu membangun sekte Bathiniyah.Tipu daya Yahudi ini terus berjalan dalam bentuk yang beraneka ragam sehingga sekte ini berkembang menjadi banyak sekali sektenya dalam kaum muslimin, sampai-sampai menghalalkan pernikahan sesama mahrom dan hilangnya kewajiban syariat pada seseorang.

3. Penghancuran kekhilafahan Turki Utsmani ditangan gerakan Masoniyah dan akibat yang ditimbulkan berupa perpecahan kaum muslimin.Orang Yahudi mengetahui sumber kekuatan kaum muslimin adaalh bersatunya mereka dibawah satu kepemimpinan dalam naungan kekhilafahan Islamiyah. Oleh karena mereka segera berusaha keras meruntuhkan kekhilafahan yang ada sejak zaman Khulafa’ Rasyidin sampai berhasil menghapus dan meruntuhkan negara Turki Utsmaniyah. Orang Yahudi memulai konspirasinya dalam meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah pada masa sultan Murad kedua (tahun 834-855H) dan setelah beliau pada masa sultan Muhammad Al Faatih (tahun 855-886H) yang meningal diracun oleh Thobib beliau seorang Yahudi bernama Ya’qub Basya. Demikian juga berhasil membunuh Sultan Sulaiman Al Qanuni (tahun 926-974H) dan para cucunya yang diatur oleh seorang Yahudi bernama Nurbaanu. Konspirasi Yahudi ini terus berlangsung di masa kekhilafahan Utsmaniyah lebih dari 400 tahunan hingga runtuhnya di tangan Mushthofa Ataturk.

Orang Yahudi dalam menjalankan rencana tipu daya mereka menggunakan kekuatan berikut ini:

1. Yahudi Al Dunamah. Diantara tokohnya adalah Madhaat Basya dan Mushthofa Kamal Ataturk yang memiliki peran besar dan penting dalam penghancuran kekhilafahan Utsmaniyah.

2. Salibis Eropa yang sangat membenci islam dan kaum muslimin dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan beberapa Negara eropa yaitu Bulgaria, Rumania, Namsa, Prancis, Rusia, Yunani dan Italia.

3. Organisasi bawah tanah/rahasia, khususnya Masoniyah yang terus berusaha merealisasikan tujuan dan target Zionis.

Usaha-usaha Musthofa Kamal Basya Ataturk dalam menghancurkan kekhilafahan setelah berhasil menyingkirkan sultan Abdulhamid kedua adalah:

1. Pada awal November 1922 M ia menghapus kesultanan dan membiarkan kekhilafahan
2. Pada tanggal 18 November 1922M ia mencopot Wahieduddin Muhammad keenam dari kekhilafahan.
3. Pada Agustus 1923 M ia mendirikan Hizb Al Sya’b Al Jumhuriah (Partai Rakyat Republik) dengan tokoh-tokoh pentingnya kebanyakan dari Yahudi Al Dunamah dan Masoniyah.
4. Pada tanggal 20 oktober 1923 M Republik Turki diresmikan dan Al Jum’iyah Al Wathoniyah (Organisasi nasional) memilih Musthofa Kamal sebagai presiden Turki.
5. Pada tanggal 2 Maret 1924 M Kekhilafahan dihapus total.

Demikianlah sempurna sudah keinginan orang-orang Yahudi untuk menjadikan kekhilafahan sebagai Negara sekuler yang dipimpin seorang Yahudi yang berkedok muslim.

Mudah-mudahan ringkas sejarah permusuhan Yahudi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi pelajaran bagi kaum muslimin.

***

Penulis: Ustadz Khalid Syamhudi, Lc.
Artikel UstadzKholid. com dikutip oleh www.muslim.or. id
Dipublikasikan kembali oleh : budhyanto.blogspot.com

 

blogger templates | Make Money Online