Ibadah harus dilandasi dalil yang akurat
Membaca shalawat adalah ibadah. Oleh sebab itu dalam melakukannya kita harus berpijak pada dalil yang sah, bukan yang hadits lemah atau palsu. Karena salah satu sebab timbulnya bid'ah adalah beramal dengan hadits-hadits lemah atau palsu. Padahal bid'ah atau ajaran baru di dalam Islam adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh Nabi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah pasti sesat." (HR. Ashabus Sunan) Bahkan apabila ada orang yang mendakwakan bahwa Nabi pernah mengucapkan atau mengajarkan sesuatu padahal Nabi sendiri tidak pernah mengatakannya maka beliau mengancam, "Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka." (Muttafaq 'alaih). Dan apabila kita perhatikan baik-baik praktek para sahabat dalam beragama maka tidak pernah kita temui mereka melantunkan shalawat ini. Oleh sebab itu di samping isinya yang jelas-jelas berbau syirik, maka sesungguhnya membuat-buat shalawat yang tidak ada dalilnya semacam shalawat Nariyah ini adalah perbuatan bid'ah yang sangat tercela (bagi yang ingin lebih luas mengetahui tentang.kebatilan shalawat ini bacalah buku Minhaaj Al Firqah An Naajiyah karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, seorang dosen pengajar Darul Hadits di Mekkah).
Gara-gara tidak paham bahasa Arab
Nah, dari sepenggal cerita di atas tentunya para pembaca bisa membayangkan betapa besar bahaya yang ditimbulkan gara-gara seorang muslim tidak memahami bahasa Arab. Lihatlah masyarakat kita. Mereka begitu mudah mengikuti shalawat bid'ah ini dan bahkan dengan khusyuknya melantunkannya melalui corong-corong masjid. Apalagi kesalahan yang ada di dalam shalawat ini sudah mencapai tingkatan kesyirikan. Di mana di situ dikatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi sebab terurainya ikatan-ikatan hati, sebab tercapainya segala kebutuhan dan sebab untuk mendapatkan jalan keluar semua urusan. Duhai, alangkah mengerikan apa yang mereka ucapkan!!
Sungguh ironis. Indonesia yang disebut sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ternyata dalam masalah tauhid saja masih terbelakang. Buktinya adalah tersebarnya shalawat ini di berbagai penjuru tanah air. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah ternyata yang turut menyebarkannya adalah orang-orang yang dianggap sebagai da'i, muballigh atau bahkan kyai?!!
Inilah akibatnya apabila kaum muslimin tidak mau atau malas mempelajari bahasa Arab. Padahal untuk belajar bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin dan lain sebagainya mereka rela mengeluarkan uang yang tidak kecil jumlahnya. Wahai kaum muslimin, akankah kalian meminta sesuatu yang lebih rendah dan jelek sebagai pengganti sesuatu yang lebih tinggi dan jauh lebih berharga? Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Pelajarilah bahasa Arab karena sesungguhnya ia adalah bagian dari ajaran agama kalian." Wallahul musta'aan.
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Sumber: Buletin At-Tauhid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar